Jumat, 30 Januari 2015

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS



TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS/ INDIKATOR
            Tujuan instruksional atau pembelajaran ada 2 yaitu, tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus. Tujuan pembelajaran umum yaitu yang sudah terdapat dalam kurikulum masing-masing studi / mata pelajaran, kata kerja non operasional adalah kata kerja yang menyatakan tingkah laku akal dan perasaan manusia yang bersifat abstrak, bukan tingkah laku atau tindakan yang bersifat kongkrit. Dalam kurikulum 2004 atau berbasis kompetensi istilah ini disebut sebagai kompetensi dasar. Adapun tujuan pembelajaran khusus (TKP) dalam kurikulum 2004 disebut Indikator Pencapaian (IP).
A.    Beberapa Keuntungan Menggunakan Tujuan Pembelajaran Khusus (TKP) :

1.      Waktu mengajar dapat dialokasikan dan dimanfaatkan secara tepat.
2.      Pokok bahasan dapat dibuat seimbang.
3.      Guru dapat menerapkan beberapa banyak materi pelajaran yang dapat atau sebaiknya disajikan dalam setiap jam pelajaran.
4.      Guru dapat menetapkan urutan dan rangkaian materi pelajaran secara tepat.
5.      Guru bisa dengan mudah menetapkan dan mempersiapkan strategi mengajar yang cocok dan menarik.
6.      Guru dapat denagn mudah, tepat, dan cukup waktu untuk mempersiapkan berbagai keperluan peralatan maupun bahan yang diperlukan dalam belajar.
7.      Guru dapat dengan mudah mengukur keberhasilan siswa dalam belajar.
8.      Guru dapat menjamin bahwa hasil belajarnya akan lebih baik
Davies Menjelaskan Mengenai Keuntungan-Keuntungan Menggunakan TKP :
1.      Membatasi tugas dan menghilangkan segala kekaburan dan kesulitan dalam penafsiran.
2.      Menjamin dilaksanakannya proses pengukuran dan penilaian yang tepat dan karenanya dapat membantu dalam menetapkan kualitas  dan efektifitas pengalaman belajar siswa.
3.      Memungkinkan guru dan siswa dapat membedakan diantara macam dan kelompok tingkah laku yang berbeda-beda, dan kerenanya dapat membantu mereka dalam merumuskan srategi yang paling optimal untuk keberhasilan siswa.
4.      Merupakan suatu rangkuman yang lengkap untuk pelajaran yang akan diberikan dan dapat berfungsi sebagai pedoman awal untuk belajar, (Davies, 1991: 96-97).

B.     Komponen-Komponen Tujuan Pembelajaran Khusus

1.      Siswa atau performer
2.      Tingkah laku atau perbuatan
3.      Kondisi
4.      Kriteria
Keempat komponen tersebut tidak selalu serempak terdapat dalam TKP/indikator. Ada TKP yang cukup tanpa keterangan kondisi, maupun kriteria.
C.    Persyaratan-Persyaratan Tujuan Pembelajaran Khusus (TKP) :

1.      Rumusan tujuan berpusat pada perubahan tingkah laku sasaran didik/siswa.
2.      Rumusan tujuan pengajaran harus berisikan tingkah laku operasional.
3.      Rumusan tujuan berisikan makna dari pokok bahasan yang akan diajarkan saat itu.
4.      Rumusan tujuan hanya melukiskan satu jenis tingkah laku/perbuatan.

D.    Taksonomi Tujuan Pembelajaran KhusuS
Tujuan instruksional khususu atau tujuan khusus pembelajaran dapat dikelompkkan dalam tiga kategori, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain kognitif mencakup tujuan yang berhubungan dengan ingatan, pengetahuan, dan kemampuan intelektual. Domain efektif mencakup tujuan-tujuan yang berhubungan dengan perubahan-perubahan sikap, nilai, perasaan  dan minat. Domain psikomotor mencakup tujuan-tunuan yang berhubungan dengan manipulasi dan kemampuan gerak.
1.      Aspek kognitif
a.       Pengetahuan
b.      Pemahaman
c.       Penerapan
d.      Analisis
e.       Sistesis
f.       Eyaluasi
2.      Aspek Afektif
a.       Penerimaan
b.      Pemberian respon
c.       Penilaian
d.      Pengorganisasian
e.       Karakterististik
3.      Aspek Psikomotor
a.       Peniruan
b.      Manipulasi
c.       Ketetapan
d.      Artikulasi
e.       Pangalamiahan
E.     Cara-cara Menulis Tujuan Pembelajaran
Ada dua cara menulis tujuan pembelajaran khusus yang dikembangkan oleh para ahli, sebagaimana yang dikembangkan oleh Robert F. Mager dan Robert B. Miller. Kedua tokoh tersebut sebenarnya banyak memiliki kesamaan dalam hal menulis tujuan pembelajaran khusus, hanya saja Mager lebih mengembangkan ranah kognitif dan ranah afektif, sedangkan Miller lebih mengembangkan ranah psikomotor.
Roberf F. Mager berpendapat bahwa suatu tujuan harus ditulis dengan menggunakan cara sebagai berikut:
1.      Identifikasi dan berilah nama tingkah laku akhir dan spesifikasikan jenis tingkah laku yang akan diterima sebagai bukti bahwa murid telah mencapai tujuan,
2.      Usahakan untuk menentukan lebih lanjut tingkah laku yang diinginkan dengan menerangkan kondisi yang penting untuk dapat terwujud tingkah laku yang diharapkan
3.      Tentukan kriteria perbuatan yang diterima dengan menjelaskan bagaimana baiknya murid harus melaksanakan untuk dapat diterima. (Davis, 1991: 110).
Robert B Miller menjelaskan bahwa cara-cara Mager tersebut dipandang sebagai aturan prosedural untuk mengerjakan pekerjaan. Milller dalam penulisannya tidak sedetail Mager.






KEDUDUKAN METODE MENGAJAR DALAM SISTEM PEMBELAJARAN



Kedudukan Metode-Metode Mengajar dalam Sistem Pembelajaran
A.    Pengertian Metode Mengajar dan Jenis-Jenis Metode Mengajar
1.      Pengertian Metode Mengajar
Istilah mengajar merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung proses belajar (Sardiman, 1996: 46). Pengertian seperti inilah yang sesuai dengan konsep pupil oriented , artinya bahwa mengajar bukan hanya menyampaikan pengetahuan kepada anak sehingga anak dipandang sebagai obyek yang pasif. Dewy mengungkapkan bahwa oleh karena belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan murid-murid untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari murid-murid sendiri, guru adalah pembimbing, pengasuh yang mengendalikan perahu, tetapi tenaga untuk menggerakkan perahu tersebut berasal dari mereka atau murid yang belajar (Davies, 1991:31).
2.      Jenis-Jenis Metode Mengajar
Adapun jenis-jenis metode mengajar dapat diklasifikasikan sebagaimana dijelaskan Winarno Suharmad menggolongkan metode mengajar ditinjau dari segi faktor guru dan faktor murid sebagai berikut ini:
a.       Metode mengajar secara individual.
b.      Metode mengajar secara kelompok.
Adapun ditinjau dari segi faktor murid adalah sebagai berikut:
a.       Metode mengajar terhadap individual
b.      Metode mengajar terhadap kelompok
Kategori metode mengajar secara individual yaitu metode latihan, pemberian tugas (resitasi), dan exksperimen. Adapun kategori mengajar secara kelompok yaitu, metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi, sosiodrama, karyaeisata, diskusi, dan kerja kelompok.
Penggolongan lebih rinci dijelaskan oleh Yusuf Djadjadisastro, adapun jenis-jenis metode mengajar tersebut dikelompokkan menjadi tiga aspek, yaitu:
a.       Aspek penyampain pesan, metode pengajaran dapat diklasifikasikan atas beberapa jenis, yaitu metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi, eksperimen, tugas, dan resitasi.
b.      Aspek pendekatan pengajaran, dapat diklasifikasikan beberapa metode mengajar antara lain problem solving, inquiry, discovery, teknik klasifikasi nilai, ekspositorik, role playing dan simulasi.
c.       Aspek pengorganisasian siswa, meliputi karyawisata, kerja kelompok, diskusi, dan metode proyek/unit.

B.     Hubungan Metode Mengajar dalam Sistem Pembelajaran
Hubungan antara komponen metode mengajar dengan faktor-faktor tujuan, bahan, fasilitas, siswa, guru, dan penelitian.
1.      Hubungan metode mengajar dengan tujuan pembelajaran.
Keuntungan dirumuskannya tujuan secara jelas adalah: yang pertama, dapat membantuguru dalam mengadakan penilaian pendahuluan dalam kegiatan-kegiatan mengajar. Kedua, dapat memberikan kemungkinan terhadap guru untuk lambat laun memperbaiki rencana program pembelajarannya.
2.      Hubungan metode mengajar dengan bahan pengajaran.
Bahan pengajaran adalah obyek yang dialami siswa dalam pengalaman belajarnya. Dengan kata lain, tujuan yang akan dicapai siswa diwarnai dan dibentuk oleh bahan pengajarannya.
Jadi jelas bahwa pemilihan metode perlu mempertimbangkan sifat bahan pengajaran, dan kecakapan guru dalam memilih serta melaksanakan metode mengajar banyak dipengaruhi oleh keluasan serta kedalaman penguasaan bahan.
3.      Hubungan metode mengajar dengan fasilitas pengajarana
Fasilitas yang baik dan memadai akan menjamin tercapainya poses belajar mengajar yang efektif. Yang dimaksud fasilitas disini adalah sarana dan prasarana yang tersedia.
Kebalikannya, jika kondisi fasilitas sekolahnya miimal, akan banyak menghambat pilihan-pilihan metodologi pengajarannya.
4.      Hunbungan metode mengajar dengan siswa
Posisi dan peran siswa sangat sentral dalam system pengajaran, oleh karena itu kondisi-kondisi serta kebutuhan siswa menjadi tolak nukur pemilihan unsure pengajaran, termasuk metodenya.
5.      Hubungan metode mengajar dan guru
Guru adalah sosok manusia yang memiliki berbagai keuinikan tertenru, dilihat dari segi intelektualitas, sosial, ekonomi, maupun filsafat  hidupnya masing-masing, termasuk akumulasi pengetahuannya. Metode yang dikatakan baik menurut seorang guru tertentu, belum pasti efektif bila dipakai pleh guru lain.
6.      Hubungan metode mengajar dengan penilaian
Dalam komponen system pengajaran, penilaian berfungsi sebagai indicator tentang keberhasilan dari semua komponen yng lain, termasuk efektif/tidaknya metode yang diterpkan.
Ivor K. Davies dalam bukunya “pengelolaan belajar” mengatakan bahwa dalam penilaian dapat memugkinkan kita untuk:
a.       Mengukur kompetensi atau kapabilitas siswa
b.      Menentukan tujuan manayang belum direalisasikan
c.       Memutuskan rangking siswa dalam hal kesuksesan mencapai tujuan yang telah disepakati
d.      Memberi informasi kepada guru tentang cocok tidaknya strategi/metode yang digunakan
e.       Merencanakan prosedur untuk memperbaiki rencana pelajaran dan menentukan apakah sumber belajar tambaha perlu digunakan.(Davis, 1991; 294)


KOMPONENS PROSES BELAJAR


Komponen-komponen proses belajar mengajar dan pola interaksi dalam pembelajaran
A.    Komponen-komponen proses belajar mengajar
Persoalan pertama berhubungan dengan tujuan pengajaran, persoalan kedua berbicara tentang materi atau bahan pengajaran, persoalan ketiga berhubungan dengan metode dan alat yang digunakan dalam pengajaran, dan persoalan keempat berkenaan dengan penilaian dalam proses pengajaran.
Keempat persoalan (tujuan, bahan, metode, dan alat serta penilaian) menjadi komponen utama yang harus dipenuhi dalam proses belajar mengajar. Keempat komponen tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi tidak saling berhubungan dan saling pengaruh mempengaruhi (inter-relasi).
Tujuan dalam proses belajar mengajar merupakan komponen pertama yang harus diterapkan dalam proses pengajaran dan berfungsi sebagai indikator keberhasilan pengajaran. Tujuan merupakan rumusan tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki siswa setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran. Isi tujuan pada hakikatnya adalah hasil belajar yang diharapkan. Metode dan alat berfungsi sebagai jembatan atau media transformasi pelajaran terhadap tujuan yang ingin dicapai.
Penilaian berperan sebagai barometer untuk mengukur tercapai tidaknya tujuan. Fungsi penilaian pada dasarnya untuk mengukur tujuan.
Maka dapat disimpulkan bahwa pengajaran adalah suatu komponen yang merupakan satu kesatuan sebagai suatu koordinasi yang saling berkaitan dalam rangka mencapai tujuan. Keempat komponen tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan dalam pembelajaran. Itulah yang disebut pengajaran sebagai sistem.
B.     Pola-Pola Interaksi dalam Pembelajaran
            Setiap bentuk interaksi, baik interaksi sosial maupun interaksi edukatif, akan senantiasa berhubungan dengan masalah komunikasi. Komunikasi dan interaksi merupakan kegiatan manusia sesuai dengan naluri yang selalu ingin berhubungan satu sama lain dengan berinteraksi dan saling membutuhkan.
                        Dalam setiap proses interaksi tersebut , terjadi dalam ikatan situasi, tidak dalam alam hampa. Diantara berbagai jenis situasi itu terdapat satu jenis situasi khusus yaitu situasi pendidikan atau situasi edukatif, yaitu onteraksi yang berlangsung dalam ikatan tujuan ppendidikan.(Surahmad,1986,7).
            Ciri-ciri interaksi pembelajaran menurut A.M Sardiman (1994) yang mengutip pendapat Edi Suardi dalam bukunya, Pedagogik, yaitu sebagai berikut:
1.      Interaksi pembelajaran memiliki tujuan, yakni untuk membantu anak dalam suatu perkembangan tertentu, dengan mendapatkan siswa sebagai pusat perhatian.
2.      Ada suatu prosedur (jalannya interaksi), perlu adanya prosedur yang sistematis dan relevan.
3.      Interaksi pembelajaran ditandai dengan satu garapan materi khusus. Materi harus disusun sedemikian rupa sehingga cocok untuk mencapai tujuan yang telah diterapkan.
4.      Ditandai dengan adanya aktivias siswa.
5.      Guru sebagai pembimbing dalam interaksi belajar mengajar, dalam hal ini guru harus bisa menghidupkan dan memberi motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif.
6.      Di dalam interaksi belajarmengajar, membutuhkan disiplin.
7.      Ada batas waktu. Artinya suatu tempo kapan tujuan telah ditentukan itu harus dicapai/tercapai.
8.      Adanya unsur penilaian.
Dengan melihat ciri-ciri tersebut di atas, maka interaksi belajar mengajar atau  pembelajaran mengandung arti adanya kegiatan interaksi dari tenaga pengajar yang melaksanakan tugas mengajar di satu pihak, dengan warga belajar (siswa atau subyek belajar), yang sedang melaksanakan kegiatan belajar dipihak lain, yaitu guru sebagai pengajar merencanakan dan melaksanakan pengajaran yang tercermin dalam  tujuan pengajaran yang telah dirumuskannya, dan siswa sebagai subyek belajar yang diharapkan mengalami perubahan perilaku akibat interaksi pembelajaran tersebut, baik dalam aspek pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap.
A.    Pola Interaksi dalam Belajar Mengajar
Pola-pola interaksi yang dapat digunakan untuk mengembangkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa adalah sebagai berikut:
1.      Pola interaksi satu arah
Dalam pola ini, guru mempumyai otoritas yang mutlak, artinya gurulah yang berperan sebagai pemberi aksi dan siswa berperan sebagai penerima aksi. Pola interaksi ini kebanyakan didominasi oleh metode ceramah saja. Dampak negatif yaitu akibatnya potensi siswa kurang bisa berkembang, dan akan menimbulkan verbalisme.
2.      Pola interaksi dua arah
Dalam pola jenis ini, antara guru dengan siswa dapat berperan sama, yakni pemberi aksi dan penerima aksi. Metode yang sering digunakan dalam proses pembelajaran dengan interaksi jenis ini adalah metode tanya jawab.
3.      Pola interaksi multi arah
Pola interaksi ini tidak hanya melibatkan interaksi dinamais antar guru dengan siswa, tetapi juga bisa melibatkan interaksi dinamais antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Metode yang paling tepat untuk pola interaksi jenis ini adalah metode diskusi dan simulasi.
Dalam metode ini, peran guru adalah juga sebagai pemimpin diskusi, di mana ada tiga peran seorang pemimpin dalam diskusi ini antara lain:
a.       Pemimpin sebagai pengatur.
b.      Pemimpin sebagai dinding penangkis.
c.       Pemimpin sebagai petunjuk jalan.

Dari ketiga interaksi  tersebut, maka jenis yang terakhir inilah yang lebih tepat dengan sistem pembelajaran modern karena sifat pembelajaran yang lebih memanusiakan manusia, artinya lebih memandang siswa bukan sebagai obyek tapi sebagaisubyek belajar.

B.     Faktor-Faktor yang Harus Dipertimbangkan dalam Menentukan Pola-Pola Interaksi dalam Proses Belajjar Mengajar.

Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pola interksi adalah sebagai berikut;
1.      Tujuan yang ingin dicapai
Faktor tujuan ini sangat menentukan pola interaksi ini, sebab semua tujuan pembelajaran itu menuntut partisipasi aktif secara optimal dari pihak siswa.
2.      Sifat bahan pelajaran
Menentukan pola interaksi mana yang harus digunakan dalam proses pembelajaran.
3.      Sumber belajar
4.      Karakteristik kelas
Artinya, banyak sedikitnya jumlah siswa yang belajar juga amat menentukan pola interaksi ini sebab makin banyak banyak/besar jumlah siswa yang harus dilayani guru dalam satu kelas,semakin rendah kualitas pembelajaran, demikian sebaliknya (Sudjana, 1989 : 42 ).
5.      Kemampuan guru
Artinya bagaimana guru itu memimpin belajar, mengomunikasikan bahan pelajaran, dan menilai hasil belajar.