Rabu, 21 Januari 2015

PENDIDIKAN KARAKTER


PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PAI DI SMA
BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER
PENDAHULUAN

Dalam  UU 20 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berangkat dari hal tersebut diatas, secara formal upaya menyiapkan kondisi, sarana/prasarana, kegiatan, pendidikan, dan kurikulum yang mengarah kepada pembentukan watak dan budi pekerti generasi muda bangsa memiliki landasan  yang kuat. Namun, hal tersebut baru disadari ketika terjadi krisis akhlak yang menerpa semua lapisan masyarakat. Untuk mencegah lebih parahnya krisis akhlak, kini upaya tersebut mulai dirintis melalui Pendidikan Karakter bangsa.
Dalam sistem pendidikan tersebut diperlukan suatu proses pembelajaran yang tepat agar tujuan dari pendidikan karakter dapat  tercapai. Terdapat beberapa hal yang berperan dalam menentukan berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran, salah satunya yaitu pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif.
Kegiatan pengelolaan kelas meliputi kegiatan mengelola peserta didik dalam kelas, menciptakan iklim sosio emosional dan mengelola proses kelompok, sehingga keberhasilan guru dalam menciptakan kondisi yang memungkinkan, indikatornya proses belajar mengajar berlangsung secara efektif. Secara beruntut pengelolaan kelas ikut andil dalam pembentukan karakter yang saat ini mengalami krisis. Oleh karena itu akan dibahas mengenai pengelolaan kelas yang tepat dan bagaimana langkah-langkah yang harus dilakukan.



PEMBAHASAN
A.    Pengelolaan Kelas Berbasis Pendidikan Karakter
Pengertian Pengelolaan Kelas Berbasis Pendidikan Karakter secara singkat adalah aktivitas mengelola ruang kelas di sekolah untuk mendukung proses pembelajaran berbasis pendidikan karakter.[1] Pengelolaan kelas ini akan baik dan maksimal apabila didukung oleh kelengkapan- kelengkapan yang harus ada dalam suatu kelas. Kelengkapan itu adalah sebagai berikut[2] :
1.      Kursi siswa, dengan rasio 1 buah siswa
2.      Meja siswa, dengan rasio 1 buah siswa
3.      Kursi guru 1 buah per ruang
4.      Meja guru 1 buah per ruang
5.      Lemari guru 1 buah per ruang
6.      Rak hasil karya siswa 1 buah per ruang
7.      Alat peraga
8.      Papan tulis 1 buah per ruang, ukuran minimal 90 x 200 cm
9.      Tempat sampah 1 buah per ruang
10.  Tempat cuci tangan 1 buah per ruang
11.  Jam dinding 1 buah per ruang
12.  Soket listrik 1 buah per ruang

Selain hal- hal di atas, bagi sekolah yang mengajarkan nilai- nilai ketuhanan agar siswa rajin beribadah harus menyediakan mushala, masjid atau tempat ibadah lainnya.[3] Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak mempunyai masalah saat akan melaksanakan ibadah tersebut. Jika mereka rajin dalam mengerjakan ibadah, maka pendidikan karakter akan jauh lebih berhasil daripada sekolah yang siswanya tidak rajin beribadah.

B.     Tujuan Pengelolaan Kelas Berbasis Pendidikan Karakter
Kegiatan belajar mengajar akan berjalan dengan baik jika kelas dapat dikuasai dengan baik oleh guru. Pengelolaan kelas ini tidaklah mudah, oleh karena itu guru harus mempunyai trik- trik tertentu untuk menguasai kelasnya. Jika guru tidak dapat mengelola kelasnya dengan baik, maka tujuan dari kegiatan belajar mengajar ini tidak akan tercapai secara maksimal. Adapun tujuan dari pengelolaan kelas ini menurut Sulistyorini adalah[4] :
1.      Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan potensinya semaksimal mungkin.
2.      Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran.
3.      Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan social, emosional dan intelektual.
4.      Membiana dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang social, ekonomi, budaya, serta sifat- sifat individualnya.

C.     Pendekatan- pendekatan dalam Pengelolaan Kelas Berbasis Pendidikan Karakter
Dalam Pengelolaan Kelas Berbasis Pendidikan Karakter, ada berbagai pendekatan yang dapat dilakukan agar kelas itu dapat terkondisikan. Ada 9 pendekatan yang dapat dilakukan dalam Pengelolaan Kelas Berbasis Pendidikan Karakter, yaitu[5] :
1.      Pendekatan kekuasaan
Siswa diberi pengertian bahwa dalam kehidupan sehari- hari kita, ada ketentuan- ketentuan yang harus dilaksanakan. Apabila tidak dilaksanakan maka kita akan mendapatkan hukumannya. Ketentuan ini biasanya disebut dengan norma, norma inilah yang mengatur hidup kita agar menjadi terarah. Jika tidak dipatuhi maka hidup akan tidak selaras.  Begitu juga halnya dengan kegiatan pembelajaran di kelas, ada semacam norma atau tata tertib yang harus dipatuhi setiap siswa. Jika tidak maka akan mendapat sanksi yang sesuai. Yang berperan menegakkan tata tertib ini adalah guru. Gurulah yang mempunyai kekuasaan dalam mengelola kelas dan para siswanya.



2.      Pendekatan ancaman
Dalam mengelola suatu kelas, guru perlu sekali- kali mengancam siswa yang tidak melakukan hal yang semestinya. Ini untuk mengontrol perilaku siswa agar mematuhi tata tertib atau perintah guru.
3.      Pendekatan kebebasan
Selain menggunakan pendekatan ancaman, guru juga perlu membebaskan siswa dalam batasan tertentu. Hal ini dimaksudkan agar kreativitas mereka berkembang dan tidak merasa terkekang atau tertekan. Sehingga mereka akan merasa nyaman saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
4.      Pendekatan resep
Maksud dari pendekatan resep ini adalah, guru termasuk juga guru PAI memberikan semacam daftar kegiatan yang harus dilakukan siswa. Dengan daftar ini bertujuan agar siswa dapat menyelesaikan kegiatan pembelajaran tertentu. Guru menjelaskan secara detail mengenai daftar tersebut, sehinggga siswa dapat melakukannya sendiri.
5.      Pendekatan pengajaran
Tugas guru PAI dalam hal ini adalah merencanakan dan melaksanakan pembelajaran agar berjalan secara baik. Pendekatan ini dilakukan oleh guru PAI supaya mereka dapat mencegah dan menghentikan tingkah laku siswa yang tidak sesuai dengan tata tertib.
6.      Pendekatan tingkah laku
Pengelolaan Kelas Berbasis Pendidikan Karakter dalam Pendekatan ini diartikan sebagai proses untuk mengubah tingkah laku siswa dari yang tidak tahu menjadi tahu dan dari yang tidak bisa menjadi bisa.
7.      Pendekatan suasana emosi dan hubungan sosial
Maksud dari pendekatan ini adalah agar terciptanya suasana dan hubungan social yang baik antara guru PAI dengan siswa, ataupun siswa dengan sesama siswa. Apabila sudah  ada respon positif dari siswa, berarti tugas guru untuk menciptakan hubungan pribadi yang sehat telah  berhasil.
8.      Pendekatan proses kelompok
Tugas guru PAI dalam pendekatan ini adalah mengusahakan agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dalam setiap kelompok efektif serta dapat bekerja sama dengan kelompok lainnya.
9.      Pendekatan electics atau pluralistic
Pendekatan electics atau pluralistic adalah suatu pendekatan pengelolaan kelas yang menekankan pada bagaimana menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan memepertahankan suatu kondisi yang memungkinkan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisisen.

D.    Prinsip- prinsip Pengelolaan Kelas Berbasis Pendidikan Karakter
1.      Hangat dan antusias
Dalam proses pembelajaran guru yang memiliki sifat hangat dan antusias lebih diminati siswa daripada guru yang menakutkan dan memiliki muka yang menyeramkan, hal ini akan membuat tidak nyaman dalam siswa belajar sehingga siswa tidak semangat dalam belajar dan menyebabkan proses pembelajaran tidak berjalan dengan efektif.
2.      Tantangan
Dalam proses pembelajaran hal yang monoton akan menyebabkan kebosanan pada diri siswa, maka tantangan perlu diberikan selain untuk menarik perhatian siswa dalam belajar hal ini juga akan menambah sifat berani pada diri siswa dan mengendalikan belajar siswa. Tantangan ini bias berupa tindakan, kata-kata atau permainan.
3.      Bervariasi
Variasi adalah hal penting dalam proses pembelajaran. Metode atau media yang berganti minimal setiap pertemuannya akan membuat siswa merasa senang dan penasaran sehingga membuat  siswa bergairah dalam belajar.
4.      Keluwesan
Guru PAI perlu memiliki karakter ini. Hal ini diperlukan untuk bias merubah strategi dalam proses pembelajaran sehingga mencegah kemungkinan munculnya keributan, tidak ada perhatian serta membuat iklim belajar menjadi efektif

5.      Penekanan pada hal-hal yang positif
Guru PAI juga harus bias menjadi motivator siswanya. Harus bias menekankan jiwa positif dalam diri siswa agar siswa bersifat optimis untuk mencapai cita-citanya dan menghindari pemusatan perhatian pada hal yang negative. Dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif, dan kesadaran guru dalam malakukan kesalahan yang dapat mengganggu proses pembelajaran.
6.      Penanaman disiplin diri
Guru PAI harus punya karakteristik disiplin, karena ia akan menanamkan disiplin diri pada siswanya. Baik disiplin belajar siswa atau disiplin kelas merupakan tujuan akhir dari pengelolaan kelas. Guru harus selalu mendorong kedisiplinan untuk selalu bersifat disiplin.
Selain itu penanaman disiplin berkaitan dengan strategi yang dilakukan untuk pembelajaran pendidikan karakter yang dimaksudkan untuk menegakkan disiplin dan melakukan pembiasaan kepada siswa untuk secara rutin melakukan sesuatu yang bernilai moral. Misalkan mengucapkan salam pada guru, kepala sekolah, sesame teman atau pada orang tuanya
Di Indonesia ada sekolah swasta Islam yang memiliki slogan yang merupakan kewajiban bila bertemu guru, yaitu 4-S Senyum, sapa, salam dan salim. Di Negara Barat dibiasakan seorang anak berkata ya pak, ya bu (yes sir, yes ma’am) serta dibiasakan berbaris satu persatu ketika masuk kelas, tidak berjalan bergerombol di jalanan dan sebagainya.[6]

E.     Rancangan Kelas Berbasis Pendidikan Karakter
Pembelajaran dalam era sekarang masih mengacu pada pengelolaan kelas dengan system yang lama, dengan meja dan kursi guru berada didepan sedang meja dan kursi siswa berderet kebelakang. Hal ini membuat proses pembelajaran berjalan dengan kurang sempurna, ini dikarenakan focus atau perhatian siswa akan rendah kerena posisi kursi antara guru dan murid seakan-akan menjadikan pembelajaran menjadi teacher oriented. Guru berada didepan siswa.
Mengapa hal tersebut menjadi perhatian dalam proses pembelajaran dalam pendidikan karakter, hal ini termasuk upaya strategi dalam pembelajaran. Dalam pendidikan karakter strategi dapat dimaknai dengan kurikulum yang dilaksanakan dengan kaitannya dilaksanakan mengintegrasikan pendidikan karakter dengan bahan ajar. Sedangkan kaitannya dengan tokoh strategi prndidikan karakter terkait dengan model tokoh yang  sering dilakukan dinegara-negara maju yaitu seluruh tenaga pendidik, kepala sekolah, guru, seluruh tenaga Bimbingan Konseling, seluruh tenaga administrasi harus bias menjadi uswah bagi siswanya.[7]Untuk membentuk siswa yang berkarakter, maka strategipun harus dilakukan dengan sesempurna mungkin.
Sedang dalam kaitannya dengan metodologi strategi yang umum diimplementasikan di negara Barat antara lain dengan pemanduan, pujian dan hadiah, definisikan dan latihkan, penegakan disiplin dan juga perangai. Salah satunya yaitu pemanduan, maka strategipun dilakukan dengan pemasangan poster, spanduk yang ditempelkan dalam papan khusus, dan ditempelkan pengumuman tentang beberapa nilai baik yang dilakukan siswa
Untuk mengubah itu, maka perlu adanya reorganisasi pengelolaan tata ruang kelas baik meja, kursi atau tempelan dalam dinding yang mendukung aktifitas pembelajaran pendidikan karakter. Salah satu contoh dengan membuat meja dalam lingkaran besar, untuk melakukan aktifitas diskusi besar guna melakukan strategi definisikan dan latihkan. Meja kursi dalam lingkaran kecil untuk menjadikan siswa untuk saling bekerja sama secara kooperatif. Berikut contohnya



Text Box: poster 












F. Keterampilan Kelas Berbasis Pendidikan Karakter[8]
Setidaknya guru PAI harus menguasai secara umum dua keterampilan dalam mengelola kelas:
1. Keterampilan Yang Berhubungan Dengan Penciptaan dan Pemeliharaan Kondisi Belajar Yang Optimal (Bersifat Preventif). Keterampilan ini berhubungan dengan kompetensi guru PAI dalam mengambil inisiatifddan mengendalikan pembelajaran serta kegiatan-keiatan yang berhubungan dengan keterampilan, meliputi:
a)      Sikap tanggap, antara lain:
1)      Memandang secara seksama keseluruh sudut ruang kelas dan siswa secara bergantian.
2)      Gerak mendekati, yaitu kepada siswa yang baik dalam belajar atau pada siswa yang membuat gangguan dalam proses pembelajaran.
3)      Member pernyataan positif terhadap peserta didik, baik perilaku yang positif maupun negative.
4)      Member reaksi terhadap gangguan dan keacuhan yang dilakukan siswa.
b)      Membagi perhatian baik secara verbal maupun visual
2. Keterampilan Yang Berhubungan Dengan Pengembangan Kondisi Belajar Yang Optimal. Keterampilan ini berkaitan dengan sikap guru PAI dalam mengkondisikan kelas akibat siswa yang membuat gangguan dalam proses pembelajaran, diantaranya:
a) Modifikasi tingkah laku:
1)      Mengajarkan perilaku baru dengan contoh dan pembiasaan
2)      Meningkatkan perilaku yang baik melalui penguatan
3)      Mengurangi perilaku yang buruk dengan hukuman
b) Pendekatan pemecahan masalah kelompok:
1)      Peningkatan kerjasama dan keterlibatan
2)      Menangani konflik dan memperkecil masalah yang timbul
c) Menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah dengan cara:
1)      Pengabaian yang direncanakan
2)      Campur tangan dengan isyarat
3)      Mengawasi secara ketat
4)      Mengakui perasaan negative siswa
5)      Memotovasi siswa untuk mengungkapkan masalahnya
6)      Menjauhkan benda-benda yang dapat menggangu konsentrasi
7)      Menyusun kembali program pembelajaran
8)      Menghilangkan ketegangan dengan humor
9)      Mengekang secara fisik

Setidaknya ada sepuluh upaya yang harus dilakukan guru PAI dalam pengelolaan kelas berbasis pendidikan karakter:
a) Mengatur tempat duduk siswa sesuai dengan karakteristik mereka serta aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan
b) Volume dan intonasi suara guru PAI dalam kegiatan pembelajaran harus dapat didengan dengan baik oleh siswa.
c) Tutur kata harus dimengerti siswa
d) Harus menyesuaikan materi pembelajaran dengan kecepatandan kemampuan belajar siswa.
e) Memberi penguatan dan umpan balik terhadap respond dan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran.
f) Menghargai pendapat siswa.
g) Memakai pakaian yang sopan, rapih dan bersih
h) Pada setiap awal semester guru menyampaikan silabus pada siswa atau wali siswa.
i) Memulai dan mengahiri prosem pembelajaran sesuai dengan waktu yang dijadwalkan dan membiasakan siswa untuk berdoa di awal dan di akhir pembelajaran.
G. Strategi atau Metode dalam pembelajaran PAI berbasis Pendidikan Karakter
Selain penkondisian kelas dan siswa, pengkondisian dalam hal strategi dan metode dalam pembelajaran yang dilakukan guru juga harus diperhatikan untuk melaksanakan pembelajaran pendidikan karakter. Beberapa metode dari sekian banyak metode yang bisa diterapkan dalam pembelajaran PAI berbasis pendidikan karakter diantaranya:
1.      Metode Bercerita (Telling Story)
Pada hakikatnya sama dengan metode ceramah, tetapi untuk metode ini guru lebih leluasa dalam berimprovisasi. Misalnya melalui mimic, gerak tubuh, mengubah intonasi suara seperti keadaan yang hendak dilukiskan. Ditengah siswa boleh berkomentar atau bertanya, temoat duduk dapat diatur bebas, bahkan duduk diatas lantai karena kondisi dibuat santai. Hal yang penting guru harus bisa member simpulan bersama siswa. Contoh metode ini dalam pembelajaran PAI dalam tema Sejarah Kebudayaan Islam, yang biasa terjadi materi SKI membosankan dan tidak mengarah pada tujuan tertentu hanya sekedar pemberitaan sejarah. Diharapkan dengan metode ini dapat lebih tertuju pada tujuan.
2.      Metode Diskusi
Diskusi berarti memeriksa, memperbincangkan, mempercakapkan, pertukaran fikiran, atau membahas antara dua orang atau lebih Metode ini bisa dilakukan dalam pembelajaran PAI dalam memahami permasalahn moral yanga ada dengan dihubungkan  akhlak terpuji yang ada dalam diri dan adab-adab dalam bermasyarakat dalam agama Islam sehingga para siswa diharapkan memahami sendiri permasalahan dan pemecahan dengan garis yang sudah ditentukan dalam ajaran agama.
3.      Metode Simulasi (Bermain Peran/Role Playing dan Sosiodrama)
Simulasi artinya peniruan terhadap sesuatu, jadi bukan susuatu yang terjadi sesungguhnya. Dengan demikian orang yang bermain drama atau memerankan sesuatuadalah orang yang sedang menirukan atau membuat simulasi tentang sesuatu. Metode ini cocok digunakan dalam materi SKI misalkan ketika tema perang. Itu akan membuat siswa tertarik dan tertantang dan lebih jauh memahami karakter yang ada sehingga dapat difahami dalam dirinya.

DAFTAR PUSTAKA

s Samani, Pendidikan Karakter (Konsep & Model), (Bandung : Rosdakarya, 2012), hlm. 145
[1] Novan Ardi Wiyani, Inovasi Kurikulum Berbasis Pendidikan Karakter,2012, hlm. 117.
[1] Zainal Aqib, Sujak, Panduan & Aplikasi Pendidikan Karakter, (Bandung:YRAMA WIDYA, 2011), hlm. 30.



[1] Novan Ardi Wiyani, Inovasi Kurikulum Berbasis Pendidikan Karakter,2012, hlm. 117.
[2] Ibid.
[3] Zainal Aqib, Sujak, Panduan & Aplikasi Pendidikan Karakter, (Bandung:YRAMA WIDYA, 2011), hlm. 30.
[4] Ibid hlm. 118
[5] Ibid
[6] Muclas Samani, Pendidikan Karakter (Konsep & Model), (Bandung : Rosdakarya, 2012), hlm. 145
[7] Ibid., hlm. 145
[8] Novan Ardi Wiyani, Inovasi…, hlm. 123

Tidak ada komentar:

Posting Komentar