Rabu, 21 Januari 2015

REMAJA


Pendahuluan
Kehidupan manusia dimulai sejak konsepsi hingga menjelang akhir khayat dan merupakan proses yang berkesinambungan serta tiada batas-batas yang memagari. proses perkembangan yang berkesinambungan itu selaras dengan irama dan tempo yang bervariasi antara individu satu dengan yang lain, demikian pula antara fungsi satu dan lainnya.
Masa remaja dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran. Bukan saja kesukaran bagi individu yang bersangkutan, tetapi juga bagi orang tuanya, masyarakat, bahkan seringkali bagi polisi. Hal ini disebabkan masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa.
Masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan pada psikis dan fisiknya. Dalam hal ini, penting untuk diketahui apa itu remaja? Apa hakikat dan aspek perkembangan remaja? Hal tersebut akan dibahas dalam makalah ini.










Pembahasan
A.    Pengertian Remaja
Kata remaja disebutkan sebagai masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa, ada juga istilah asing yang menunjukan masa remaja, antara lain: puberty (Inggris), puberteit (Belanda), pubertas (latin), yang berarti kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda kelaki-lakian.[1] Adapula yang menggunakan istilah Adulescention (Latin) yaitu masa muda. Sedangkan dalam Indonesia sering disebut pubertas atau remaja.
Etimologi atau asal kata istilah ini:
a)    Puberty (Inggris) atau puberteit (Belanda) berasal dari bahasa Latin: pubertas.
Kata lain pubescere berarti mendapat pubes atau rambut kemaluan yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang menunjukkan perkembangan seksual.
b)   Adelecentia berasal dari kata Latin.
Adulescentia, adolescere=adultus=menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa.[2]
Batasan masa remaja dari berbagai ahli memang sangat bervariasi, disini dapat diajukan batasan: masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa.
Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi. Menurut Konopka (Pikanus, 1976) masa remaja ini meliputi:
a)         Remaja awal (12-15 tahun)
Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak yang berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantunng pada orang tua. Fokus dari tahap ini adalah penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman sebaya.
b)        Remaja madya (15-18tahun)
masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berfikir yang baru. Pada masa ini remaja mulai mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan impulsivitas, dan membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.
c)         Remaja akhir (19-22tahun)
Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya  dan orang dewasa.[3]
 Sementara itu Salzman mengemukakan, bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orang tua kea rah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu moral.[4]
Monks, Knoers dan Haditono, (2001) membedakan masa remaja atas 4 bagian, yaitu:
1)        Masa pra-remaja atau pra-pubertas (10-12tahun)
2)        Masa remaja awal atau pubertas (12-15tahun)
3)        Masa remaja pertengahan (15-18tahun)
4)        Masa remaja akhir (18-21tahun)[5]
Tingkat-tingkat perkembangan dalam masa remaja dapat dibagi dengan berbagai cara. Salah satu pembagian yang dilakukan oleh Stolz (1951) sebagai berikut:
a.             Masa pra-puber: satu atau dua tahun sebelum masa remaja yang sesungguhnya. Anak menjadi gemuk, pertumbuhan tinggi badan terhambat untuk sementara.
b.             Masa puber, atau masa remaja: perubahan-perubahan sangat nyata dan cepat. Anak wanita lebih cepat memasuki masa ini dari pada pria. Masa ini lamanya berkisar antara 2,5 sampai 3,5 tahun.
c.             Masa post-puber: pertumbuhan yang cepat sudah berlalu, tetapi masih nampak perubahan-perubahan tetap berlangsung pada beberapa baian badan.
d.            Masa akhir puber: melanjutkan perkembangan sampai tercapai tanda-tanda kedewasaan.[6]
B.     Aspek Perkembangan Remaja
Dalam hidupnya, setiap manusia akan mengalami berbagai tahap perkembangan. Dan salah satu tahap perkembangan yang sering menjadi sorotan adalah ketika seseorang memasuki usia remaja. Karena usia remaja adalah gerbang menuju kedewasaan, jika dia berhasil melalui gerbang ini dengan baik, maka tantangan-tantangan di masa selanjutnya akanrelatif mudahdihadapi. Begitupun sebaliknya, bila dia gagal maka pada tahap perkembangan berikutnya besar kemungkinan akan terjadi masalah pada dirinya. Oleh karena itu, agar perkembangannya berjalan dengan baik, setidaknya ada lima aspek penting yang harus dicermati, baik oleh orang tua, pendidik, maupun si remaja itu sendiri.[7]
Perkembangan-perkembangan masa remaja yaitu:
1.    Perkembangan fisik
Waktu dan proses pertumbuhan fisik tidak sama bagi semua remaja. Banyak faktor yang mempengaruhi jalannya pertumbuhan ini, sehingga baik awal maupun akhir, prosesnya terjadi secara berbeda-beda.[8]
Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih cepat dibanding dengan masa anak-anak dan masa dewasa. Perkembangan fisik mereka jelas terlihat pada tungkai dan tangan, tulang kaki dan tangan, otot-otot tubuh berkembang pesat, sehingga anak kelihatan bertubuh tinggi, tetapi kepalanya masih mirip dengan anak-anak.[9]
Rangkaian perubahan yang paling jelas yang nampak dialami oleh remaja adalah perubahan biologis dan fisiologis yang berlangsung pada masa pubertas atau pada masa awal remaja, yaitu sekitar umur 11-15 tahun pada wanita dan 12-16 tahun pada pria (Hurlock, 1973: 20-21). Hormon-hormon  baru diproduksi oleh kelenjar endokrin, dan ini membawa perubahan dalam ciri-ciri seks primer dan memunculkan ciri-ciri sks sekunder. Gejala ini memberi isyarat bahwa fungsi reproduksi atau kemampuan untuk menghasilkan keturunan sudah mulai bekerja.[10]
Menurut Zigler dan Stevenson (1993), secara garis besarnya perubahan-perubahan tersebut dapat dikelompokan dalam dua kategori, yaitu perubahan-perubahan yang berhubungan dengan pertumbuhan fisik dan perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan karakteristik seksual. Berikut ini akan dijelaskan beberapa dimensi perubahan fisik yang terjadi secara masa remaja tersebut.[11]
a)         Perubahan dalam tinggi dan berat
Tinggi rata-rata anak laki-laki dan perempuan pada usia 12 tahun adalah sekitar 59 atau 60 inci. Tetapi, pada usia 18 tahun, tinggi rata-rata ramaja laki-laki adalah 64 inci, sedangkan tinggi rata-rata perempuan hanya 64 inci.
Ada pun faktor penyebab laki-laki rata-rata lebih tingi dari perempuan adalah karena laki-laki memulai percepatan pertumbuhan mereka 2 tahun lebih lambat dibanding dengan anak perempuan. Dengan demikian mereka mengalami penambahan pertumbuhan selama 2 tahun pada masa anak-anak.
Percepatan pertumbuhan badan juga terjadi dalam penambahan berat badan, yakni sekitar 13 kg bagi anak laki-laki dan 10 kg bagi anak perempuan (Malina, 1990).[12]
b)        Perubahan ciri seks primer
Ciri-ciri seks primer yaitu organ tubuh yang langsung berhubungan dengan proses reproduksi dan alat kelamin yaitu rahim, saluran telur, vagina, bibir kemaluan dan kletoris bagi wanita, sedang untuk pria yaitu penis, testis, dan skotrum.[13]
Perubahan-perubahan pada ciri-ciri seks primer pada pria sangat dipengaruhi oleh hormon, terutama hormon perangsang yang diproduksi oleh kelenjar bawah otak (pituitary gland). Hormon perangsang pria ini merangsang testis, sehingga testis menghasilkan hormon testosteron dan androgen serta spermatozoa (Sarwono, 1994). Sperma yang dihasilkan dalam testis selama masa remaja ini, memungkinkan untuk mengadakan reproduksi untuk pertama kalinya. Karena itu, kadang-kadang sekitar usia 12 tahun, anak laki-laki kemungkinan untuk mengalami penyemburan air mani (ejaqulation of semen) mereka yang pertama kalinya tau yang dikenal dengan istilah “mimpi basah”.
Sementara itu, padaank perempuan, perubahan ciri-ciri seks primer ditandai dengan munculnya periode menstruasi, yang disebut dengan menarche, yaitu menstruasi yang pertama kali dialami oleh seorang gadis.[14]
c)         Perubahan ciri seks sekunder
Ciri-ciri seks sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan proses reproduksi, namun merupakan tanda-tanda yang membedakan antara laki-laki dan perempuan.[15] perubahan ciri seks sekunder pada anak perempuan yaitu:
a.         Terjadi pertumbuhan payudara
b.        Tumbuh bulu ketiak dan disektar kemaluan
c.         Pinggul membesar
d.        Suara menjadi halus.
Perubahan ciri seks sekunder pada laki-laki:
a.         Tumbuh rambut-rambut halus di wajah (kumis, jambang, dan jenggot)
b.        Tumbuh bulu ketiak dan di sekitar kemaluan
c.         Tumbuh rambut di dada dan kaki
d.        Jakun dan dada melebar
e.         Perubahan nada suara
2.    Perkembangan emosional
Akibat langsung dari perubahn fisik dan hormonal adalah perubahan dalam aspek emosionalitas pada remaja sebagai akibat dari perubahan fisik dan hormonal tadi, dan juga pengaruh lingkungan yang terkait dengan perubahan badaniah.
Masa remaja merupakan puncak emosional, yaitu perkembangan emosi tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi perkembangannya emosi atau perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya.
Remaja yang dalam proses perkembangannya berada dalam iklim yang kondusif, cenderung akan memperoleh perkembangan emosinya secara matang (terutama pada masa remaja akhir). Kematangan emosi ini ditandai oleh:(1) adekuasi emosi: cinta kasih, simpati, altruis (senang menolong orang lain), respek (sikap hormat atau menghargai orang lain), ramah. (2) mengendalikan emosi: tidak mudah tersinggung, tidak agresif, bersifat optimis dan tidak pesimis (putus asa), dan dapat menghadapi situasi frustasi secara wajar.[16]
3.    Perkembangan kognitif
Masa remaja adalah suatu periode kehidupan di mana kapasitas untukk memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara efisien mencapai puncaknya (Mussen, Conger dan Kagan, 1969). Hal ini adalah karena selama periode remaja ini, proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan. Ketika kemampuan kognitif mereka mncapai kematangan, kebanyakan anak remaja mulai memikirkan tentang apa yang diharapan dan melakukan kritik terhadap masyarakat mereka, orang tua mereka, dan bahkan terhadap kekurangan diri mereka sendiri (Myer, 1996).
Kemudian, dengan kekuatan baru dalam penalaran yang dimilikinya, menjadikan remaja mampu membuat pertimbangan dan melakukan perdebatan sekitar topik-topik abstrak tentang manusia, kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan keadilan.
Semua perubahan fisik yang membawa implikasi perubahan emosional makin dirumitkan oleh fakta bahwa individu juga sedang mengalami perubahan kognitif. Perubahan dalam kemampuan befikir ini diungkapkan oleh Piaget (1972) sebagai tahap terakhir yang disebut sebagai tahap formal operation dalam perkembangan kognitifnya.[17]
Ditinjau dari perspektif teori kognitif piaget, maka pemikiran masa remaja telah mencapai tahap pemikiran oprasional formal (formal operational thought), yakni suatu tahap perkembangan kognitif yang dimulai pada usia kira-kira 11 atau 12 tahun dan terus berlanjut sampai remaja mencapai masa tenang atau dewasa (Lerner dan Hustlsch, 1983). Pada tahap ini anak sudah mampu memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin terjadi, sesuatu yang abstrak. Disamping itu, pada tahap ini remaja sudah mampu berfikir secara sistematis, mampu memikirkan semua kemungkinan secara sistematis untuk memecahkan permasalahan. Dalam perkembangan kognitif meliputi beberapa hal yaitu:
1)        Perkembangan pengambilan keputusan
2)        Perkembangan orientasi masa depan
3)        Perkembangan kognisi sosial
4)        Perkembangan penalaran moral
5)        Perkembangan pemahaman tentang agama
4.    Perkembangan psikososial
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa selama masa remaja terjadi perubahan-perubahan yang dramatis, baik dalam fisik maupun dalam kognitif. Perubahan-perubahan secara fisik dan kognitif tersebut, ternyata berpengaruh terhadap perubahan dalam perkembangan psikososial mereka.[18]
Penyesuaian sosial ini dapat diartikan sebagai “kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi, dan relasi”. Remaja dituntut untuk memiliki kemampuan penyesuaian sosial ini, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
C.    Tugas Perkembangan Remaja
Pada setiap tahapan perkembangan manusia terdapat tugas-tugas tertentu yang berasal dari harapan masyarakat yang harus dipenuhi oleh individu, dan ini sering disebut tugas-tugas perkembangan. Pada akhir remaja ini, diharapkan tugas-tugas tersebut telah terpenuhi sehingga individu siap memasuki masa dewasa dengan peran-peran dan tugas barunya sebagai orang dewasa. Pikunas (1976) mengemukakan beberapa tugas perkembangan yang penting pada tahap pertengahan dan akhir masa remaja, yaitu:
a.    Menerima bentuk tubuh orang dewasa yang dimiliki dan hal-hal yang berkaitan dengan fisiknya.
b.    Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan figure-figur otoritas
c.    Mengembangkan ketrampilan dalam komunikasi interpersonal, belajar membina relasi dengan teman sebaya dan orang dewasa, baik secara individu maupun kelompok.
d.   Menemukan model untuk identifikasi
e.    Menerima diri sendiri dan mengandalkan kemampuan dan sumber-sumber yang ada pada dirinya.
f.     Memperkuat control diri berdasarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang ada
g.    Meninggalkan bentuk-bentuk reaksi dan penyesuaian yang kekanak-kanakan.
Dari tugas-tugas tersebut, tampak bahwa secara umum tugas perkembangan masa remaja berkaitan dengan diri sendiri dan juga dengan lingkungan sosial yang dihadapinya.[19]

















Penutup
Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu adalah masa remaja, dan masa remaja merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat. masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak menuju  masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa. Aspek-aspek perkembangan remaja yaitu:
1.    Perkembangan fisik
2.    Perkembangan emosional
3.    Perkembangan kognitif
4.    Perkembangan psikososial
Pada setiap tahapan perkembangan manusia terdapat tugas-tugas tertentu yang berasal dari harapan masyarakat yang harus dipenuhi oleh individu, dan ini sering disebut tugas-tugas perkembangan. Pada akhir remaja ini, diharapkan tugas-tugas tersebut telah terpenuhi sehingga individu siap memasuki masa dewasa dengan peran-peran dan tugas barunya sebagai orang dewasa.














Daftar Pustaka
Agustiani Hendriati, Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya Dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri Pada Remaja, Bandung: Refika Aditama, 2009.
Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010.
Surliti W, Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: PT Bulan Bintang, 2003.
Rumini Sri , Sindari Siti, Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta:PT Asdi Mahasatya, 2004.
Panuji Panut, Umami Ida, psikologi Remaja, Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1999
Yusuf Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2008[1] Zilkifli, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT Rosdakarya Offset, 2009.
Fatimah Enung, Psikologi perkembangan (perkembangan peserta didik), Bandung: Pustaka Setia, 2010.
http://indahparas-uinbi-2.blogspot.com/2008/03/aspek-perkembangan-remaja.html.


[1] Sri Rumini, Siti Sindari, Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta:PT Asdi Mahasatya, 2004), hlm. 53
[2] Panut Panuji, Ida Umami, psikologi Remaja, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1999), hlm. 1-2
[3] Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya Dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri Pada Remaja, (Bandung: Refika Aditama, 2009), hlm. 29
[4] Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2008), hlm.184
[5] Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm.190
[6] Surliti W, Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 2003), hlm. 34
[7]http://indahparas-uinbi-2.blogspot.com/2008/03/aspek-perkembangan-remaja.html
[8] Enung Fatimah, Psikologi perkembangan (perkembangan peserta didik), (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 51
[9] Zilkifli, Psikologi Perkembangan, (Bandung:PT Rosdakarya Offset, 2009), hlm. 65
[10] Hendriati Agustiani, Psikologi, hlm.30
[11] Desmita, Psikologi, hlm. 190
[12] Desmita, Psikologi, hlm. 191
[13] Sri Rumini, Siti Sundari, Perkembangan, hlm. 64
[14] Desmita, Psikologi, hlm. 193
[15] Ibid.
[16] Syamsu Yusuf, Psikologi, hlm. 197-198              
[17] Hendriati Agustiani, Psikologi, hlm. 31
[18] Desmita, Psikologi, hlm. 210
[19] Hendriati Agustiani, hlm. 37-38

Tidak ada komentar:

Posting Komentar